Home » , , » Gunung Kelimutu

Gunung Kelimutu

Posted by SDS





Berbeda dengan danau-danau lain yang ada di Indonesia, Danau Kelimutu memiliki tiga warna air yang berbeda, yaitu merah, biru, dan hitam. Namun, dalam setahun warna danau yang berada di ketinggian 1.631 mdpl ini bisa berubah-ubah warna. Untuk dapat menikmati pemandangan Danau Kelimutu yang sangat mempesona ini Anda harus mendaki 2.600 anak tangga.


Beberapa Hal yang ada di Kelimutu : 

Rimbunnnya pohon kemiri setinggi rumah 2 lantai

Hal yang tak bisa saya lupakan disini adalah deretan pohon kemiri setinggi rumah dua lantai yang mendominasi hutan wisata ini. Daunnya yang lebat layaknya pohon beringin membuat pengunjung betah berteduh berlama-lama di bawahnya.
Udara yang sejuk, warna daun-daun hijau yang segar dan sesekali terdengar suara khas serangga tonggeret melepaskan segala penat yang ada di otak.

Suasana hutan wisata di sini memang seperti hutan wisata di tempat lainnya. Tak ada sesuatu yang unik di sini, tapi bagaimanapun juga untuk melihat pesona danau jalan satu-satunya adalah melewati hutan wisata ini.

Tebing yang curam dan sang monyet penjaga


Setelah kembali melangkahkan kaki selama kurang lebih 5 menit, pemandangan tebing dari bebatuan yang curam memenuhi bola mata. Saat saya mendekat untuk mengetahui seberapa curam tebing itu, saya dikagetkan oleh sosok penunggu tebing.
Si monyet penunggu tebing tiba-tiba muncul dari ranting-ranting pohon di bibir tebing. Kala itu, ada 3 monyet berbulu kecokelatan yang muncul.
Mereka bertiga duduk sembari betingkah lucu menatap saya. Saya kembali melanjutkan perjalanan. Tiga monyet itu kembali menghilang dibalik rimbunnya dedaunan. Mungkin monyet-monyet tadi ingin mengingatkan untuk tak berlama-lama menengok kecuraman tebing itu karena dapat membahayakan keselamatan saya. Setidaknya begitulah pikiran positif saya.

Keindahan Danau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” dan “Tiwu Ata Polo”

Lepas dari sang monyet, saya menaiki kurang lebih 15 anak tangga dari semen untuk melihat dua dari tiga danau yang ada di kawasan Kelimutu ini. Dua danau tersebut adalah “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” dan “Tiwu Ata Polo”
Tiwu Ata Polo, danau yang berada di sebelah kanan saat posisi badan menghadap ke arah danau. Danau ini berwarna hitam pekat. Sedangkan danau di sebelah kiri dan berwarna hijau tosca adalah Tiwu Nuwa Muri Koo Fai.
Dua danau ini terletak berdampingan, hanya dipisahkan dengan sebuah tebing sebagai tembok pemisahnya. Tebing bebatuan pemisah itu berbentuk cekungan. Sejauh mata memandang, di sekeliling danau hanya ada tebing-tebing bebatuan.

“Tiwu Ata Mbupu”, pusat berkumpulnya para arwah


Puas memandangi dan berfoto dengan dua danau yang berdekatan itu, saya mulai menyiapkan tenaga dan nafas.
Itu karena harus menaiki ratusan anak tangga yang terbuat dari semen untuk sampai ke puncak kelimutu.
Salah satu objek yang ada di puncak Kelimutu adalah “Tiwu Ata Mbupu”. Danau yang berwarna hijau tosca bening ini letaknya terpisah dengan yang lain. Danau ini adalah danau berkumpulnya arwah para orang tua yang sudah meninggal.
Penentuan kategori konon katanya dilihat dari perbuatan semasa hidupnya. Jika orang meninggal dalam keadaan sudah tua dan sering berbuat baik semasa hidup, akan masuk ke danau “Tiwu Ata Mbupu”. Jika orang meninggal dalam keadaan masih muda atau belum menikah dan sering berbuat baik semasa hidup, akan masuk ke danau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai”.
Sedangkan jika orang meninggal baik dalam keadaan muda atau tua namun sering berbuat tercela, maka akan berkumpul di danau “Tiwu Ata Polo”.

Tugu pelepas lelah

Perjalanan menuju puncak kelimutu sangat melelahkan. Selain jalurnya yang cukup curam, udara di perjalanan menuju puncak semakin menipis karena ketinggiannya.
Nafas ngos-ngosan dan kaki saya mulai pegal. Untuk melepas lelah saya beristirahat sejenak di tugu puncak kelimutu.
Bisa dibilang setelah melihat danau yang ketiga, tugu yang dikelilingi beberapa anak tangga ini adalah tujuan selanjutnya. Selain bisa duduk bercengkerama di anak tangga tersebut, mengabadikan foto, menikmati secangkir kopi hangat, sebuah sajian sempurna dari sang alam.

“Sunrise”

Akhirnya saya berhasil mencapai puncak kurang lebih pukul 05.13 WITA. Sembari duduk, saya menunggu momen indah munculnya sang surya.
Bahasa orang timur mengatakan “sunrise di kelimutu gagah memang”.
Pada hari itu selama kurang lebih 3 menit sang surya perlahan muncul. Para wisatawan yang sudah siap beberapa saat yang lalu di tugu kelimutu tak henti-hentinya mengabadikan momen ini. Kala itu matahari muncul dari sela-sela bukit yang berjajar. Ini adalah matahari terbit terindah yang pernah saya lihat semasa hidup saya!

Mitos Perubahan Warna Danau Kelimutu

Danau kelimutu juga dikenal sebagai danau tiga warna. Selain karena tiap danau memiliki warna yang berbeda, tetapi juga ketiga danau tersebut bisa berubah warna setiap saat.
Ada pakar yang mengatakan hal itu terjadi karena komposisi material yang ada di dasar danau.
Namun adapula yang menyebutkan bahwa perubahan warna itu mengikuti suasana politik negara kita. Konon katanya jika negara Indonesia sedang damai dan tenteram maka warna danau akan biru. Jika suasana politik sedang bergejolak atau memanas warna danau akan berubah menjadi merah.

“Pati Ka”, Festival Memberi Makan Leluhur


Saya sengaja mengunjungi danau ini tepat tanggal 14 Agustus. Pada tanggal ini tiap tahunnya diadakan Festival Danau Kelimutu.
Sesuai kepercayaan penduduk setempat agenda utama dari festival itu adalah “pati ka”. Dalam bahasa setempat “pati ka” berarti memberi makan.
Pemberian makan ditujukan untuk para leluhur danau kelimutu berupa sesaji terdiri dari daging babi atau dalam bahasa setempat disebut “wawi” dan moke atau minuman beralkohol khas daerah setempat.
Prosesi “pati ka” dilaksanakan di lapangan helipad yang berada sebelum tugu puncak kelimutu. Prosesi diawali dengan tarian adat yaitu “tari gawi” yang dipimpin oleh ketua adat setempat, lalu dilanjutkan prosesi peletakan sesaji untuk leluhur.
Sayang sekali, saya tak bisa mengabadikan foto momen ini, karena yang tidak berkepentingan dilarang memasuki area prosesi.

Meleburnya budaya barat dan adat ketimuran


Acara festival danau kelimutu diakhiri dengan penyerahan tropi dan hadiah untuk pemenang lomba penjelajahan dan ramah tamah. Kami semua berdansa  dan yang terbaik dari semua ini adalah, makan gratis!
Konsep ramah tamah merupakan perpaduan budaya dari Mancanegara-Indonesia. Berdansa bersama mengikuti budaya mancanegara, sedangkan acara lesehan mengikuti budaya Indonesia.
Suasananya begitu ramai. Orang tua, muda, pendek, tinggi semua ada di tempat ini. Suasana keramahan dan kekeluargaan saya rasakan di sini. Kenal atau tak kenal tidak bisa dibedakan karena semua saling sapa dan senyum ketika bertatapan muka.
Tidak hanya wisatawan domestik, wisatawan asing pun sangat antusias mengikuti festival ini. Bahkan saya sempat bertemu dengan wisatawan asing yang memakai baju adat daerah setempat berupa sarung dan atasan “Lawo Lambu” seperti layaknya orang asli Ende Lio mengikuti festival ini.

Lokasi: Gunung Kelimutu, Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

0 komentar:

Post a Comment

DONASI

REK. PAYPAL : gm.ropiiq@gmail.com

Popular Posts